Selasa, 15 September 2009

Kontrol gula darah yang baik menghindari komplikasi akibat penyakit kencing manis

Angka kejadian Diabetes Mellitus (DM) kian menunjukkan peningkatan, menurut konsensus para ahli endokrin Indonesia tahun 2002, diperkirakan terdapat kira-kira 7 juta penduduk Indonesia menderita DM pada tahun 2020. Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolik endokrin yang dapat menyerang pada semua kelompok umur dan jenis kelamin, akan tetapi pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa, kelainan ini ada korelasinya dengan perubahan mutasi pada jenis gen tertentu, sehingga sifatnya akan diturunkan pada garis keturunan secara langsung. Beberapa faktor juga dapat memicu timbulnya kelainan ini diantaranya pola makan yang kelebihan karbohidrat, berat badan berlebih, peminum alkohol berat dan lain-lain. Akan tetapi semua faktor di atas dapat dicegah dengan perbaikan gaya hidup.

Penyakit kencing manis atau disebut diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi nilai normal (hiperglikemia). Kondisi ini timbul terutama disebabkan adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat (gula) di dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut antara lain disebabkan oleh adanya gangguan fungsi hormon insulin di dalam tubuh. Pada penderita DM, gangguan fungsi hormon insulin, akan menyebabkan pula gangguan pada metabolisme lemak, yang ditandai dengan meningkatnya kadar beberapa zat turunan lemak seperti trigliserida dan kolesterol. Oleh karena itu, kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan perubahan fungsi dan metabolisme tubuh, termasuk metabolisme lemak. Perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan, dan kerusakan jaringan inilah yang akan menimbulkan komplikasi-komplikasi. Sementara itu komplikasi kronik DM merupakan faktor resiko utama timbulnya penyakit jantung koroner, penyumbatan pembuluh darah, serebro-vaskuler (stroke), gagal ginjal, gangguan penglihatan, dan lain-lain.

Oleh karena itu jika dibiarkan tidak terkendali, DM dapat menimbulkan penyakit atau komplikasi-komplikasi lain yang dapat berakibatfatal. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan trigliserida merupakan faktor resiko independen yang kuat untuk penyakit jantung koroner, dan pada wanita peningkatan trigliserida berkorelasi dengan peningkatan resiko penyakit jantung koroner mencapai 30 persen.

Penderita DM tidak perlu takut karena resiko timbulnya komplikasi diabetik dapat diantisipasi dengan jalan mengontrol dan mengendalikan kadar gula darah dalam jangka panjang. Pengendalian kadar gula darah secara ketat akan memperbaiki pula kadar trigliserida dan kolesterol pada penderita DM sehingga faktor risiko terkena komplikasi DM dapat dikurangi.

Salah satu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mengetahui komplikasi lebih dini dan mengontrol kepatuhan berobat penderita DM adalah pemeriksaan kadar HbA1c.

Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian penting dalam menanggulangi DM, baik untuk menemukan penyebabnya, diagnosis, pemantauan, maupun deteksi dini adanya komplikasi. Pemeriksaan kadar gula darah di laboratorium yang biasa dilakukan selama ini, umumnya hanya mencerminkan kadar gula darah sesaat, karena hasil pengukuran sangat dipengaruhi oleh faktor makanan, olah raga, emosi, maupun oleh obat-obat yang diminum.

Apa yang dimaksud dengan HbA1C.? Di dalam tubuh kita terdapat sel-sel darah merah yang mengandung hemoglobin, dengan fungsi utama mengikat/menangkap oksigen yang sangat diperlukan tubuh. Dalam keadaan normal, hemoglobin ini dalam kadar tertentu mengikat pula berbagai macam zat lain, salah satunya ialah mengikat glukosa (gula darah). Ikatan antara hemoglobin dengan glukosa ini disebut glikohemoglobin dan diberi kode HbA1C. Glikohemoglobin ini sangat stabil di dalam darah, sehingga pengukuran kadar HbA1C dapat mencerminkan kadar gula di dalam darah. Oleh karena sel-sel darah merah kita memiliki umur kurang lebih tiga bulan (120 hari), maka hasil pengukuran HbA1C dapat mencerminkan kadar gula darah hingga kurang lebih tiga bulan sebelum pemeriksaan.

Sebagai ilustrasi seorang penderita telah didiagnosis DM kira-kira 3 tahun dan telah diberikan pengobatan yang adekuat, namun seberapa patuh atau teraturnya pasien tersebut minum obat, kita tidak dapat mengetahui dengan pasti. Setiap datang kontrol ke dokter selalu membawa hasil pemeriksaan laobatorium (Glukosa darah) yang normal atau sedikit lebih tinggi, hal ini bisa terjadi jika pasien minum obat 2 atau 3 hari sebelum kontrol ke dokter dengan dosis yang teratur, akan tetapi setelah diukur kadar HbA1c, ternyata menunjukkan hasil yang tinggi, hal ini menunjukkan kepatuhan berobat atau minum obat masih rendah. Selain dapat memberikan informasi mengenai kepatuhan berobat penderita DM, juga dapat memprediksi kemungkinan terjadinya komplikasi dan prognosis (dugaan perbaikan). Berapakah nilai rujukan kadar HbA1c?

Berdasarkan hal tersebut, pengukuran kadar HbA1C dapat digunakan sebagai indikator kontrol diabetes yang sangat bagus. Sebagai gambaran kami sampaikan bahwa berdasarkan Konsensus DM Indonesia tahun 1998, nilai HbA1C adalah 4 sampai 5,9 %, menunjukkan pengendalian DM berjalan baik.

Sebagai kesimpulan, peranan pemeriksaan kadar HbA1c penting di dalam mengontrol kepatuhan pengobatan dan memprediksi kemungkinan terjadinya komplikasi berbagai organ pada penderita DM..


Sumber :

Miftahul Arifin, dr,SpPK

http://ww3.rsudulin.com/content/view/63/55/

17 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar