Selasa, 15 September 2009

Gula Darah Tinggi Sesudah Makan, Bisa Memicu Jantung

JANGAN anggap sepele kenaikan gula darah sesudah makan.Kondisi ini bisa memicu gangguan fungsi hati yang bisa berlanjut ke jantung.

Bagi kebanyakan penderita diabetes, meningkatnya kadar gula darah sesudah makan menjadi suatu hal yang dianggap lumrah, sekalipun angkanya menembus batas normal, yakni 140 mg/dL. Bagi mereka, patokan normal tidaknya gula darah adalah pemeriksaan sebelum makan dan gula darah puasa.

Padahal, mereka yang selalu mengalami peningkatan kadar gula darah harus waspada. Pasalnya, gula darah yang tinggi sesudah makan akan meningkatkan pembentukan oxidative stress, yaitu radikal bebas yang memicu terjadinya gangguan fungsi pembuluh darah. Inilah tahap permulaan dari perjalanan penyakit jantung.

Angka penelitian dari kebanyakan ahli di dunia, menunjukkan bahwa 84 persen penderita diabetes tipe 2 mengalami kenaikan gula darah di atas normal setiap habis makan.

International Diabetes Federation (IDF) di Amsterdam, Belanda merekomendasikan hasil terbaru yang menekankan pentingnya memerhatikan kondisi gula darah pasien diabetes sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dL pada dua jam setelah makan. Sementara pada orang sehat, kondisi gula darah telah diatur sedemikian rupa oleh tubuh, sehingga ketika gula darah meningkat sesudah makan, maka akan dilepaskan hormon insulin untuk menurunkannya.

Ditambah lagi, gula darah yang naik sesudah makan pada orang normal, tidak akan melebihi 140 mg/dL, dan akan turun dalam dua jam sesudahnya karena dikelola oleh metabolisme di dalam tubuh. Namun pada penderita diabetes, kontrol tubuh terhadap kenaikan gula darah sangatlah buruk.

Setelah makan, gula darah yang naik akan tetap bertahan tinggi dalam jangka waktu yang agak lama, hal ini karena tubuh tidak cukup memiliki hormon insulin yang bertugas menurunkan gula darah, atau mungkin tidak ada insulin sama sekali yang diproduksi organ pankreas. Gejala orang dengan gula darah yang cenderung tinggi inilah yang disebut diabetes.

Diabetes tidak akan berarti apa-apa bagi penderitanya, sampai komplikasi muncul. Komplikasi akibat diabetes mencakup penyakit kardiovaskular dan stroke, gangguan fungsi ginjal sampai gagal ginjal terminal, gangguan penglihatan sampai kebutaan, ganggren pada kaki sampai terjadi amputasi, dan impotensi yang umumnya terjadi pada pria.

Komplikasi ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup bagi penderita diabetes,tetapi juga ancaman kematian. Belum lagi besarnya dampak ekonomi yang diakibatkan biaya perawatan komplikasi akibat diabetes yang cenderung tinggi.

"Komplikasi diabetes terjadi pada semua organ dalam tubuh yang dialiri pembuluh darah kecil dan besar, dengan penyebab kematian 50 persen akibat penyakit jantung koroner dan 30 persen akibat gagal ginjal. Selain kematian, DM juga menyebabkan kecacatan," ungkap Prof Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD-KEMD.

FACE, Ketua Divisi Metabolik dan Endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Sidartawan juga menambahkan, sebanyak 30 persen penderita DM mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopathies dan 10 persen harus menjalani amputasi tungkai kaki. Bahkan, DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/ AIDS. Untuk mencegahnya, gula darah sebelum makan harus selalu dikontrol.

Gula darah sesudah makan merupakan kontributor utama bagi terbentuknya nilai hemoglobin glikat (HbA1C). Angka HbA1C merupakan cerminan nilai rata-rata tingkat gula darah pasien selama 2-3 bulan terakhir, jadi dapat diibaratkan seperti buku rapor evaluasi kuartalan. IDF merekomendasikan target nilai HbA1C pada pasien diabetes adalah 6,5 persen.

Semakin tinggi angka HbA1C, maka artinya semakin buruk tren gula darah 2-3 bulan terakhir yang dialami pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurunkan nilai HbA1C, berarti menekan risiko komplikasi diabetes. Pemeriksaan HbA1C ini bisa dilakukan di laboratorium atau rumah sakit dan klinik. Sejak lama, HbA1C dianggap merupakan hasil nilai gabungan dari nilai gula darah puasa (sebelum makan) dan sesudah makan.

Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien untuk menjaga nilai di antara keduanya. Namun demikian, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa tingginya gula darah sesudah makan (post-meal hyperglycemia) merupakan faktor risiko yang bersifat independen terhadap komplikasi kardiovaskular. Bahkan, jika si pasien mempunyai nilai HbA1C yang normal sekalipun.

Oleh karena peranan gula darah sesudah makan adalah penting, panduan IDF telah mengatur target nilai gula darah dua jam sesudah makan agar diarahkan selalu di bawah 140 mg/dL.

Peran monitoring gula darah menggunakan alat monitor gula darah (misal: Accu-Chekdari Roche) menjadi sangat penting, karena kepraktisannya dalam mengukur gula darah pasien secara cepat, kapan pun dibutuhkan.

Kehadiran alat semacam ini merupakan revolusi bagi dunia diabetes, karena kini pasien dapat secara mudah mengelola sendiri diabetes, dan sekaligus memantapkan pola hidup sehat yang seharusnya dijalani setiap pasien diabetes. Data "real-time" yang diberikan alat monitor gula darah ini, juga membantu dokter dalam mengambilputusan terapi bagi pasien. Sebab, informasi tren gula darah ini juga merupakan dasar terpenting bagi dokter dalam menentukan dosis dan jenis obat yang dibutuhkan.(Koran SI/Koran SI/nsa)
- 14 Agustus 2009

Sumber :
17 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar